Bulu
Tangkis Indonesia Kembali ke Kodratnya?
Oleh
Mila Megawulandari
Pasca ajang Djarum Superliga Badminton
Indonesia 2013 memang mengundang kebanggaan pecinta bulu tangkis tanah air. Masih
ingat dalam ingatan bagaimana klub yang digawangi mantan pebulu tangkis Hariyanto
Arbi, Musica Champion, berhasil mengganyang klub asal Malaysia, Malaysia Tiger
Badminton Club di final. Begitu pula di bagian putri, klub asal Jakarta, Jaya
Raya, berhasil menjadikan klub asal negeri sakura, Unysis Badminton Club, hanya
sebagai runner-up di kejuaraan yang
menggelontorkan
hadiah total Rp 1,6 miliar tersebut.
Perhelatan ini adalah pertarungan tujuh
klub terbaik Indonesia dan lima klub asing yang berasal dari Jepang, Korea dan
Malaysia. Format pertandingan yang mengadopsi kejuaraan Piala Thomas dan Uber tentunya
hal tersebut dapat menjadi sebuah perbandingan seberapa besar kekuatan bulu
tangkis dari tiga negara yang berpartisipasi di kejuaraan ini karena
keberhasilan bulu tangkis suatu negara dapat dilihat dari bagaimana klub-klub
yang ada di negara tersebut membina atlet-atletnya untuk menjadi atlet yang
potensial.
Keberhasilan dari dua klub Indonesia ini
tentu menjadi angin segar bagi perbulutangkisan tanah air dan dapat menjadi pelecut
nantinya di kejuaraan beregu Piala Thomas dan Uber 2014 mendatang. Seperti yang
kita ketahui, akhir-akhir ini krisis prestasi perbulutangkisan Indonesia sudah
tak asing lagi, jurang dari krisis ini mengaca pada kenyataan pahit tim piala
Thomas Indonesia kalah dari Jepang di perempat final kejuaraan Piala Thomas
2012 yang mengakibatkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia tidak
masuk semifinal. Begitu pula di ajang Olimpiade London yang tak mendapat medali
satu pun. Miris memang, selama kejuaraan Olimpiade berlangsung, Indonesia tak
pernah absen dalam merebut medali emas namun kenyataannya di Olimpiade London
pebulu tangkis Indonesia harus menelan pil pahit pulang dengan tangan hampa.
Penurunan prestasi ini memicu media massa
seakan malas untuk menayangkan pertandingan bulu tangkis. Masyarakat pun banyak
yang beralih menyukai cabang olahraga lain. Tentunya ini mengakibatkan
penurunan rating pada penayangan
kejuaraan bulu tangkis. Bahkan sangat jarang kita temukan pemberitaan bulu tangkis
di media massa terutama media cetak. Sebagian masyarakat yang masih setia menggemari
bulu tangkis walaupun prestasi Indonesia merosot banyak yang berkeluh-kesah
akan hal ini. Padahal tempo dulu penayangan kejuaraan bulu tangkis tak pernah
absen di layar kaca tanah air. Media massa berlomba-lomba memberitakan semua hal
tentang bulu tangkis. Kemeriahan bulu tangkis tempo dulu pun ditandai dengan
antusias masyarakat dalam menyaksikan atlet-atlet kebanggaannya bertanding
dengan menggelar nonton bareng di setiap daerah. Siapa yang tak kenal Susi
Susanti, Alan Budi Kusuma, duet Ricky/Rexy dan Chandra/Tony sampai Taufik
Hidayat yang telah mengharumkan Indonesia di ajang Olimpiade. Sekarang, pada kenyataannya
sang juara Olimpiade Beijing 2008, Markis Kido/Hendra Setiawan, masyarakat awam
masih banyak yang tak kenal mereka.
Di awal tahun ini kepengurusan PBSI periode
2012-2016 dibawah komando Gita Wirjawan yang menjabat
sebagai Ketua Umum PBSI setelah terpilih secara aklamasi pada Musyawarah
Nasional (Munas) ke-21 di Yogyakarta, Jumat (21/9) silam, banyak terjadi
perubahan. Hal ini diwujudkan dengan dipanggilnya kembali duet Ricky/Rexy dan
pahlawan Indonesia pada Olimpiade 1992, Susi Susanti, ke pelatnas Cipayung
namun bukan untuk bermain lagi, tetapi untuk membantu Ketua PBSI dalam
kepengurusannya agar dapat membangkitkan kembali kedigdayaan bulu tangkis tanah
air. Kemudian kesejahteraan atlet dan pelatih menjadi titik utama yang
diperhatikan Menteri Perdagangan ini. Sponsorship juga tak luput dari
perhatiannya. Setiap atlet mendapatkan sponsorship kolektif dan perseorangan.
Hal ini diharapkan agar menjadi
pelecut motivasi atlet untuk meraih prestasi.
Hasil
positif dari kepengurusan yang baru ini sudah terlihat ketika tunggal putri pelatnas
Lindaweni Fanetri berhasil menjadi Kampiun di kejuaraan India Grand Prix Gold,
Minggu (23/12) silam. Pada bagian putra pun tak kalah meraih prestasi, ganda
putra Ahsan/Hendra berhasil menjuarai Malaysia Terbuka Superseries tak
tanggung-tanggung di final, Minggu(20/1), ganda putra nomor satu pelatnas ini
mengalahkan sang juara Korea Terbuka Primier Superseries asal Korea Selatan,
Koo Seung Hyun/Lee Yong Dae.
Ya, dari hasil positif inilah masyarakat
pecinta bulu tangkis sangat berharap agar bulu tangkis Indonesia dapat kembali
ke kodratnya sebagai olahraga yang selalu menjadi kebanggaan ibu pertiwi dan mengidentitaskan
Indonesia sebagai salah satu negara kuat bulu tangkis di dunia. Sorak-sorai
teriakan ‘Indonesia’ pun akan terus menggema di hati seluruh masyarakat
Indonesia.
Perjalanan masih panjang, tentunya masih
banyak kejuaraan internasional yang menanti untuk digenggam. Akankah secercah angin
segar yang diperoleh perbulutangkisan tanah air ini akan membawanya kembali
menjadi olahraga populer? Semoga!
(opini ini dibuat pada tanggal 16 Februari 2013, tapi baru dipublikasi sekarang, selamat membaca :D )
(opini ini dibuat pada tanggal 16 Februari 2013, tapi baru dipublikasi sekarang, selamat membaca :D )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar