Total Tayangan Halaman

23 Mei 2013

Sudirman Cup 2013


Hay hay bloger dan seluruh pecinta bulutangkis Indonesia. Hari ini jam 11.00 Indonesia akan bertanding melawan China di Quarter Final Sudirman Cup. Sayang sekali yah Indonesia harus berjumpa China di babak QF. Saya sebenarnya agak curiga dengan Malaysia karena setiap pengundian atau tuan rumahnya Malaysia pasti Indonesia dapat sial terus. Bayangkan udah mah kita segrup dengan China yang berada di grup A. eh di perempat final kita juga harus berjumpa china lagi, adil ga sih?? haahaa kalau dilihat dari undian sih sah-sah aja, tapi ga enak banget masa udah berjumpa china di babak-babak awal. Oia kecurigaan terhadap Malaysia curang itu juga mulai terdeteksi pas tim sudirman cup Malaysia segrup dengan Taipeh dan Jerman. secara history kedua negara tersebut bukanlah negara kuat bulutangkis, jadi mungkin pikir mereka, mereka bisa dengan mudah lolos di babak kualifikasi *astagfirullah suudzhon. Eh ternyata eh ternyata jenjreeeeng atas kehendak Sang Maha Kuasa ga disangka dan ga diduga Jerman berhasil mengalahkan Malaysia WOOOW banget kan?. Sepanjang perjalanan grup c, Taipeh tak diduga juga bisa menang lawan Malaysia 3-2 dan menang atas jerman 5-0. Jerman memang kalah 0-5 dari Taipeh tapi mereka bisa mengalahkan Malaysia 3-2. Otomatis Malaysia langsung tersingkir dibabak kualifikasi.
            Aku liat sih waktu di babak kualifikasi Indonesia memang kalah 0-5 dari China tapi semua atlet Indonesia sangat berjuang keras ga mau kalah dengan mudah terbukti semua pertandingan ramai untuk ditonton. Sekarang aku yakin hari ini Indonesia bisa lebih kuat lagi bahkan mungkin saja Indonesia bisa membuat kejutan seperti halnya Jerman. Kita kan ga ada yang tau, hehe eh aminin dulu ah #amiiiiin (-/\-). Atlet buluangkis Indonesia sekarang memang sudah banyak perubahan. Prestasinya pun sudah meningkat. Siapa tahu tahun sekarang bisa membuktikannya dengan mengalahkan China. Oia saya pernah liat komen salah satu pecinta bulutangkis, dia nulis gini “Mungkin ini cara tuhan untuk membuktikan bahwa China itu bisa dikalahkan dan itu melalui atlet Indonesia” suka bangetlah sama komennya, benar-benar memotivasi dan optimis. Sebenarnya memang harus begitu, jangan pesimis duluan. Ucapan adalah doa. Mari kita terus berkomentar positif untuk tim sudirman cup Indonesia. Semangaaat!
Berikut line up Tim Sudirman China dan Tim Sudirman Indonesia di Quarter Final Sudirrman Cup 2013
XD
XuChen/ Ma Jin - Ahmad Tontowi/ Natsir Liliyana

 MS
Chen Long - Sugiarto Tommy

MD
Cai Yun/ Fu Haifeng - Saputro Rian Agung/ Pratama Angga

WS
Li Xuerui - Fanetri Lindaweni

WD
Yu Yang/ Wang Xiaoli - Natsir Liliyana/ Maheswari Nitya Krishinda
            Kalau dilihat dari susunan tim Indoensia sih, bisalah Indonesia mengalahkan China. kita bisa ambil di partai XD, MD, dan WS. Semoga Tontowi/Lilyana yang notabene juara All England lagi on fire, Rian/Angga juga akhir-akhir ini lagi on fire. Lalu Linda aja bisa mengalahkan Wang Yihan dan Yihan pernah menang lawan Xuerui jadi bisa lah Linda mengalahkan si Licue ini. Akhirnya apapun hasilnya kita harus terus mendukung bulutangkis Indonesia karena bulutangkislah yang selalu membuat bangga olahraga Indonesia dan ditakuti oleh semua dunia. Ayo jadi negara bulutangkis lagi!!

21 Mei 2013

OPINI: Pendidikan



Kekerasan dalam Pendidikan 
oleh
Mila Megawulandari
(Penulis adalah aktivis pendidikan di Universitas Pedidikan Indonesia)

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita, yang berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan dengan nyaman. Bagaimana pendidikan itu dapat mencetak generasi emas yang diharapkan menjadi tombak  peradaban dan obor pencerahan bagi bangsa dan negaranya. Negara yang maju adalah negara yang salah satunya memiliki sumber daya manusia yang mumpuni. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan kepada setiap warga negaranya.
Indonesia memang sangat berharap dapat mencetak generasi emas. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan di Indonesia yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Namun Undang-undang tersebut hanyalah sebuah rencana tertulis yang belum menjamin dapat merealisasikan dream come true sebuah negara. Jika kita berbicara pendidikan di Indonesia, tentunya tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang masalah apa yang sebenarnya terjadi dalam pendidikan itu sendiri. Pada kenyataannya banyak sekali terjadi masalah di dalam dunia pendidikan di Indonesia terutama yang akan saya soroti yaitu kasus kekerasan dalam dunia pendidikan yang selalu menghantui para pelajar dan orang tua murid terutama terjadi di lembaga pendidikan.
Tawuran dan Pembulian
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terakhir pada tahun 2012 ada 3.871 kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan oleh masyarakat. Sedangkan kekerasan yang dihimpun KPAI melalui media sebanyak 2.471 kasus, beberapa diantaranya terjadi di lingkungan sekolah. Salah satu kasus kekerasan yang dialami sang anak dalam dunia pendidikan yaitu kasus tawuran pelajar. Hal tersebut masih dapat kita jumpai di beberapa sekolah maupun perguruan tinggi. Masih ingat dalam ingatan kita bagaimana Teddi, siswa SMP Negeri 7 Batuceper, Kota Tangerang, Banten, tewas setelah terkena lemparan batu terkait tawuran pelajar usai melaksanakan Ujian Nasional (UN). Belum lagi tawuran klasik antar mahasiswa yang melibatkan dua universitas terkenal. Padahal mahasiswa yang secara derajat intelektual dan pengalamnnya lebih tinggi dari siswa seharusnya lebih dapat mengendalikan emosi dan menggunakan otak daripada ototnya. Sungguh sangat disayangkan bila perilaku anarkis menimpa kalangan siswa dan mahasiswa. Lembaga pendidikan seakan terjebak pada kubangan persoalan yang bersifat anarkis.
Kekerasan yang tak kalah mengerutkan dahi adalah pembulian atau bullying. Kasus pembulian selama ini ada yang menekan pada fisik dan ada juga yang menyerang ke mental sang anak. Pembulian sering terjadi di lembaga-lembaga pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, tindak pembulian fisik sebenarnya tidak terlalu sulit kita deteksi ketika misalnya ada seorang pelajar melakukan tindakan kekerasan dengan memukul, menendang, menggigit, menampar, menjambak rambut, dan mencakar yang merugikan pihak yang dibuli.
Berbeda dengan pembulian fisik. Pembulian kata-kata  tidak mudah kita identifikasikan, karena luka yang ditimbulkannya tidak tampak pada fisik melainkan pada  mental anak. Akan tetapi fenomena pembulian itu sendiri bisa kita amati melalui kata-kata yang diucapkan. Kata-kata itu pada umumnya bernada menghina, mengejek, merendahkan, dan mengancam. Bahkan bisa terjadi bukan dengan kata melainkan dengan suatu tindakan seperti meludah, menjulurkan lidah, memandang dengan sinis, mengucilkan teman dari lingkungan pergaulan atau mendiami teman dengan tidak bertegur sapa.
Tindakan pembulian sebabnya bisa bermacam-macam, biasanya banyak terjadi ketika masa orientasi sekolah. Orang yang melakukan pembulian biasanya dilakukan dari senior ke juniornya yang ingin menampakan tingkat status sosialnya dalam berkuasa. Ketika akan memasuki sekolah tingkat pertama sampai perguruan tinggi selalu terdapat ajang-ajang yang biasa disebut ospek. Dalam kegiatan ospek tersebut marak terjadi pemukulan, penghinaan, bahkan pelecehan seksual. Pembulian guru yang terhadap muridnya pun sering terjadi di beberapa sekolah di Indonesia. Guru yang seharusnya menjadi panutan kepada siswanya seakan dianggap angker sehingga tak jarang siswa merasa tertekan dan enggan sekolah. Fenomena tindakan pembulian pun sayangnya dijadikan bahan pertontonan di acara televisi tanah air.
Sebenarnya masih banyak lagi macam-macam kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan. Namun kekerasan yang paling fatal dan marak terjadi di Indonesia adalah dua kasus yang saya ungkapkan diatas yaitu tawuran dan pembulian. Sangat bijak jika kasus kekerasan yang terjadi disekolah dalam kegiatan apapun dihentikan. Semua pihak sudah saatnya belajar dari pengalaman bahwa apapun bentuk kekerasan, dan apapun alasan serta tujuan yang dikemukakan, ketika terjadi korban maka masalah tidak selesai begitu saja. Perlu adanya tindakan yang dapat membuat jera para pelaku kekerasan. Tidak penting bagi kalangan sekolah untuk saling menyalahkan atau mencari kesalahan orang lain, meski sudah menjadi tabiat umum dari manusia paling senang menyalahkan orang lain, yang paling penting adalah bagaimana semua pihak belajar dari semua pengalaman untuk kemudian mengambil hikmah dari semua kejadian yang memilukan itu.
Pada hari pendidikan nasional ini merupakan saat yang tepat untuk kita, baik orang tua, pelajar, guru, dan pihak-pihak yang terkait dapat bercermin, dan mengintropeksi diri serta dapat bekerja sama merealisasikan tujuan dari pendidikan Indonesia sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Mungkin kalau dilihat dari segi kuantitas, sekarang ini jauh lebih banyak orang yang bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi, dibandingkan dahulu. Tapi apabila dilihat dari segi kualitas, apakah kualitas pendidikan sekarang ini sudah lebih baik dari dahulu? jawabannya ada di tangan kita semua.
 ( ini opini  dibuat tanggal 1 Mei 2013, baru dipublikasi sekarang semoga banyak yang berkenan membacanya, selamat membaca para bloger :D )

OPINI: Bulutangkis



Bulu Tangkis Indonesia Kembali ke Kodratnya?
Oleh
Mila Megawulandari

Pasca ajang Djarum Superliga Badminton Indonesia 2013 memang mengundang kebanggaan pecinta bulu tangkis tanah air. Masih ingat dalam ingatan bagaimana klub yang digawangi mantan pebulu tangkis Hariyanto Arbi, Musica Champion, berhasil mengganyang klub asal Malaysia, Malaysia Tiger Badminton Club di final. Begitu pula di bagian putri, klub asal Jakarta, Jaya Raya, berhasil menjadikan klub asal negeri sakura, Unysis Badminton Club, hanya sebagai runner-up di kejuaraan yang menggelontorkan hadiah total Rp 1,6 miliar tersebut.
Perhelatan ini adalah pertarungan tujuh klub terbaik Indonesia dan lima klub asing yang berasal dari Jepang, Korea dan Malaysia. Format pertandingan yang mengadopsi kejuaraan Piala Thomas dan Uber tentunya hal tersebut dapat menjadi sebuah perbandingan seberapa besar kekuatan bulu tangkis dari tiga negara yang berpartisipasi di kejuaraan ini karena keberhasilan bulu tangkis suatu negara dapat dilihat dari bagaimana klub-klub yang ada di negara tersebut membina atlet-atletnya untuk menjadi atlet yang potensial.
Keberhasilan dari dua klub Indonesia ini tentu menjadi angin segar bagi perbulutangkisan tanah air dan dapat menjadi pelecut nantinya di kejuaraan beregu Piala Thomas dan Uber 2014 mendatang. Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini krisis prestasi perbulutangkisan Indonesia sudah tak asing lagi, jurang dari krisis ini mengaca pada kenyataan pahit tim piala Thomas Indonesia kalah dari Jepang di perempat final kejuaraan Piala Thomas 2012 yang mengakibatkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia tidak masuk semifinal. Begitu pula di ajang Olimpiade London yang tak mendapat medali satu pun. Miris memang, selama kejuaraan Olimpiade berlangsung, Indonesia tak pernah absen dalam merebut medali emas namun kenyataannya di Olimpiade London pebulu tangkis Indonesia harus menelan pil pahit pulang dengan tangan hampa.
Penurunan prestasi ini memicu media massa seakan malas untuk menayangkan pertandingan bulu tangkis. Masyarakat pun banyak yang beralih menyukai cabang olahraga lain. Tentunya ini mengakibatkan penurunan rating pada penayangan kejuaraan bulu tangkis. Bahkan sangat jarang kita temukan pemberitaan bulu tangkis di media massa terutama media cetak. Sebagian masyarakat yang masih setia menggemari bulu tangkis walaupun prestasi Indonesia merosot banyak yang berkeluh-kesah akan hal ini. Padahal tempo dulu penayangan kejuaraan bulu tangkis tak pernah absen di layar kaca tanah air. Media massa berlomba-lomba memberitakan semua hal tentang bulu tangkis. Kemeriahan bulu tangkis tempo dulu pun ditandai dengan antusias masyarakat dalam menyaksikan atlet-atlet kebanggaannya bertanding dengan menggelar nonton bareng di setiap daerah. Siapa yang tak kenal Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, duet Ricky/Rexy dan Chandra/Tony sampai Taufik Hidayat yang telah mengharumkan Indonesia di ajang Olimpiade. Sekarang, pada kenyataannya sang juara Olimpiade Beijing 2008, Markis Kido/Hendra Setiawan, masyarakat awam masih banyak yang tak kenal mereka.
Di awal tahun ini kepengurusan PBSI periode 2012-2016 dibawah komando Gita Wirjawan yang menjabat sebagai Ketua Umum PBSI setelah terpilih secara aklamasi pada Musyawarah Nasional (Munas) ke-21 di Yogyakarta, Jumat (21/9) silam, banyak terjadi perubahan. Hal ini diwujudkan dengan dipanggilnya kembali duet Ricky/Rexy dan pahlawan Indonesia pada Olimpiade 1992, Susi Susanti, ke pelatnas Cipayung namun bukan untuk bermain lagi, tetapi untuk membantu Ketua PBSI dalam kepengurusannya agar dapat membangkitkan kembali kedigdayaan bulu tangkis tanah air. Kemudian kesejahteraan atlet dan pelatih menjadi titik utama yang diperhatikan Menteri Perdagangan ini. Sponsorship juga tak luput dari perhatiannya. Setiap atlet mendapatkan sponsorship kolektif dan perseorangan. Hal ini diharapkan agar menjadi pelecut motivasi atlet untuk meraih prestasi.
 Hasil positif dari kepengurusan yang baru ini sudah terlihat ketika tunggal putri pelatnas Lindaweni Fanetri berhasil menjadi Kampiun di kejuaraan India Grand Prix Gold, Minggu (23/12) silam. Pada bagian putra pun tak kalah meraih prestasi, ganda putra Ahsan/Hendra berhasil menjuarai Malaysia Terbuka Superseries tak tanggung-tanggung di final, Minggu(20/1), ganda putra nomor satu pelatnas ini mengalahkan sang juara Korea Terbuka Primier Superseries asal Korea Selatan, Koo Seung Hyun/Lee Yong Dae.
Ya, dari hasil positif inilah masyarakat pecinta bulu tangkis sangat berharap agar bulu tangkis Indonesia dapat kembali ke kodratnya sebagai olahraga yang selalu menjadi kebanggaan ibu pertiwi dan mengidentitaskan Indonesia sebagai salah satu negara kuat bulu tangkis di dunia. Sorak-sorai teriakan ‘Indonesia’ pun akan terus menggema di hati seluruh masyarakat Indonesia.
Perjalanan masih panjang, tentunya masih banyak kejuaraan internasional yang menanti untuk digenggam. Akankah secercah angin segar yang diperoleh perbulutangkisan tanah air ini akan membawanya kembali menjadi olahraga populer? Semoga!

(opini ini dibuat pada tanggal 16 Februari 2013, tapi baru dipublikasi sekarang, selamat membaca :D )